food waste di tengah momentum maulid

maulid nabi sebuah acara rutin yang digalakkan umat islam seantero nusantara dengan beragam cara. Sebuah upaya dalam menghormati kelahiran nabi yang diutus sang pencipta membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia. Pada momentum ini selain diiringi nuansa religius dengan dengungan bacaan sholawat diantara toa masjid, perayaan ini juga dibarengi dengan bermacam-macam makanan dan minuman berada di pasaran. Secara umum perayaan yang dilakukan dalam memeriahkan momentum ini dengan dua cara. Yang pertama rombongan warga bersilaturahmi dari satu rumah ke rumah, dimana di rumah yang ditempati tersebut menyediakan bingkisan yang dibagikan pada tiap-tiap kepala yang datang, setelah bingkisan dibagikan kemudian dibacakan sholawat, begitu juga dengan rumah selanjutnya sama demikian hingga sampai di rumah yang terakhir. Yang kedua, warga berkumpul di masijd dengan membawa bingkisan dari rumah masing-masing, setelah satu persatu kepala keluarga datang, lantunan sholawat dibaca dengan dipimpin seorang atau beberapa orang kemudian bacaan itu diikuti oleh yang lainnya. Setelah sholawatan usai, bingkisan yang dibawa masing-masing warga ditukar dengan yang lainnya. Ada yang dibongkar kemudian dibagikan, namun ada yang hanya ditukar bungkusnya lalu dibagikan secara acak. Kedua cara diatas adalah yang biasa dilakukan di kampungku dalam rangka perayaan momentum maulid ini. Di daerah lain mungkin ada sedikit banyak beda,  namun tentunya dalam berbeda cara tujuannya tetap sama untuk memperingati hari lahir junjungan umat islam sedunia. Dari kedua cara tersebut terlihat tidak ada masalah, namun dari pengamatan saya terjadi cara yang dilakukan tersebut menimbulkan sedikit keresahan. Keresahan disebabkan karena beberapa hal:

Yang pertama, biasanya bingkisan yang dibawakan berupa buah atau nasi dengan lauknya. Namun untuk buah yang dibawakan, biasanya pada bagian ujungnya dipotong dengan tujuan yang saya tidak tahu pula, ketika hal tersebut ditanyakan tidak ada yang tahu jawabnya. Lalu perihal nasi, biasanya dibawakan dengan kapasitas yang bisa dimakan menjadi 20 porsi sedangkan lauknya sangat minim yang tidak sebanding dengan banyaknya nasi. Hal ini menimbulkan keresahan karena konsumsi nasi yang terlalu banyak berpotensi menyebabkan kadar gula naik.

Yang kedua, buah yang dibawakan ditusuk bagian ujungnya dengan semacam tusuk sate namun ujungnya ditempelkan bendera. Hal ini tentu akan membuat daya tahan buah menjadi lebih pendek dan cenderung mudah dikontaminasi benda asing yang membuatnya mutunya turun

Yang ketiga, bingkisan yang dibawakan biasanya hanya didominasi oleh bingkisan nasi jika tidak bingkisan buah. Meskipun ada sebagian kecil yang membawa makanan atau minuman kemasan dalam bentuk parsel. Dua jenis bingkisan yang terlalu mendominasi menimbulkan keresahan bagi saya yang saat itu membawa keduanya pulang bersama saudara. Hal ini dikarenakan, untuk nasi jumlahnya amat banyak dibandingkan lauknya, untuk dimakan terlalu banyak dan tidak habis dalam semalam, sedangkan jika didiamkan keesokannya hanya bisa digoreng atau hanya akan dijemur menjadi karak 


Komentar

Postingan Populer