Sambatan Seorang Karyawan bercita-cita menjadi Penulis

 tentang aku yang ingin menjadi seorang penulis.

Jujur masih bingung untuk memulai dari mana, membahas tentang bab apa, dan apakah tulisanku layak untuk menjadi bahan bacaan. Hal yang aku sukai terkait di bidang olahraga, ilmu makanan, sejarah, dan perkembangan teknologi gadget dan laptop. Dari keseluruhan yang aku sukai tidak satu pun aku merasa sangat berbakat untuk menjadikannya bahan tulisan.

Di tengah kesibukan menjadi karyawan pabrik, membuat kesempatanku untuk menggali informasi sedikit lebih terbatasi. Menjadi seorang karyawan pabrik dengan gaji pas-pasan dengan tolak ukur UMR di salah satu provinsi dengan UMR terendah sepulau Jawa, membuatku tidak banyak berharap dari gaji tersebut. Upah atau gaji yang kudapat hanya lebih tinggi setengah juta dari gaji seorang operator yang harus mengalokasikan tenaganya untuk mendapatkan gaji UMR. Gaji yang kuterima bisa melebihi jika aku bersedia untuk bekerja lembur dengan masuk di tanggal merah atau dengan mengambil kesempatan untuk menggantikan rekan yang tidak masuk pada jadwal yang seharusnya ia bekerja. Meskipun beberapa orang di pabrik dengan posisi setingkat operator mengatakan bahwa gajiku sudah cukup tinggi entah mengapa aku tidak bisa berpuas diri dengan hasil jerih payah mengalokasikan waktu 8 jam 30 menit sehari. Bahkan terkadang waktunya melebihi dari alokasi tersebut karena harus menunggu rekan dalam satu shiftku yang seringkali pulang lebih lambat. Tetapi rekanku punya alasan untuk bertahan lebih lama di dalam pabrik, meskipun tidak digaji, dengan senang hati ia pulang lebih lambat dari waktu yang ditentukan. Tidak salah juga sih, toh ia pulang lebih lambat karena terkadang pujaan hatinya bekerja di waktu setelah shiftku waktunya pulang. Berbeda cerita dengan rekanku di grup sebelumnya yang rela pulang lebih lambat untuk mengerjakan proyek dari atasan. Biasanya ketika ada mesin baru yang baru saja dipasang, ia akan pulang lebih lambat untuk mengerjakan semacam instruksi kerja dan laporan terkait dari mesin baru. Meskipun agak menjengkelkan terkadang aku meluangkan waktu sejenank untuk menunggu. Tetapi lama-kelamaan, ketika aku merasa aku harus pulang 1jam terlambat hanya untuk menunggunya, aku memilih untuk buka suara dan berpamitan dengannya untuk bergegas pulang.

Nahkan, bagaimana apakah sudah menyesal membaca tulisanku yang hanya curhatan dan sambatan dari pengalaman bekerjaku di pabrik? Selamat sudah membuang 3 menit waktunya, hehe. Namun aku berterima kasih juga jikalau Tuan pembaca sudah sampai pada kalimat ini. Terima kasih!  


Komentar

Postingan Populer