Terjebak hujan perjalanan Semarang-Yogya


Sore ini ditemani sebatan rokok aku menghentikan perjalan dari ungaran ke yogya. Hal yang mengehentikanku adalah rintik hujan yang tiba-tiba turun di tengah perjalanan. Rintikan hujan yang turun tidak begitu deras, secara perlahan namun konsisten untuk terus menjatuhkan bebannya. Sejak berangkat kulihat langit sebagian besar terselimuti awan pekat yang gelap. Tetapi karena niat sudah di terlanjur dibuat, rencana sudah terlanjur diwacanakan, badan sudah disiapkan untuk terlebih dahulu, apa boleh buat tidak ada kata lain selain berangkat. Saat tiba-tiba terjebak hujan saat berkendara roda dua ada dua opsi, yang pertama melanjutkan perjalanan namun basah kuyup karena berangkat tidak memakai mantel atau yang kedua berhenti sejenak untuk memakai mantel dan tiba di tujuan dengan keadaan yang tidak terlalu basah. Opsi kedua untuk berhenti menghasilkan sub opsi lagi yakni berpasrah diri karena memang sudah waktunya hujan atau muring-muring karena mikir kenapa sih hujannya, tidak pas sampai saja,haha.. Tetapi karena aku seorang yang sekarang ini berprinsip seperti seorang stoik, aku memilih berhenti dahulu dan menghisap sambil menanti reda. Tanpa harus muring-muring menyalahkan keadaan, kuasailah apa yang bisa dikendalikan oleh diri. Toh muring-muring juga tidak akan menyebabkan hujan tiba-tiba berhenti toh. Berhenti dahulu ketika hujan tiba-tiba turun bukan berarti takut akan basah, tetapi takut akan menginjak rahmat Tuhan yang baru saja diturunkan. Oiya aku baru sampai di Secang, sebuah daerah kecamatan antara Kabupaten Ambarawa dan Kabupaten Magelang. 

Komentar

Postingan Populer